Sunday, August 15, 2010

BERI MAHASISWA KEBEBASAN MENENTUKAN JUDUL SKRIPSI (Ruang Lingkup Skripsi Ilmu Komunikasi)


Dikutip dari Buku “Teknik Praktis Riset Komunikasi: Disertai contoh praktis riset media, public relations, adverstising, komunikasi organisasi, komunikasi pemasaran”, Penulis: Rachmat Kriyantono, Penerbit: Prenada Jakarta, cetakan ke-1 (2006), ke-2 (2007), ke-3 (2008).

Beberapa tahun lalu, seorang mahasiswa public relations bercerita bahwa judul skripsinya ditolak dosennya, karena si mahasiswa meneliti agenda setting media. Kata si dosen, agenda setting adalah penelitiannya mahasiswa komunikasi massa bukan public relations. Dari cerita itu, saya mengatakan bahwa pendapat si dosen tersebut tidak benar. Penjelasan saya, terurai dalam tulisan berikut ini:
            Objek Ilmu Komunikasi ada dua, objek material (subject matter) dan objek formal (focus of interest). Sebagai Ilmu Sosial, Ilmu Komunikasi mempunyai objek material yang sama dengan ilmu-ilmu sosial lainnya, yaitu mengkaji perilaku (kehidupan) sosial. Tetapi, untuk membedakannya, setiap ilmu mempunyai objek formalnya masing-masing. Jadi, objek formal adalah ciri khas yang dimiliki suatu ilmu dan secara spesifik menjadi fokus kajiannya.
            Objek formal Ilmu Komunikasi adalah “segala produksi, proses, dan pengaruh dari system tanda dan lambang melalui pengembangan teori-teori yang dapat diuji dan digeneralisasikan dengan tujuan menjelaskan fenomena yang berkaitan dengan  produksi, proses, dan pengaruh dari system tanda dan lambang dalam kehidupan manusia”.
            Dengan kata lain, objek formal di atas adalah fenomena komunikasi dalam kehidupan kita, karena komunikasi merupakan proses pertukaran tanda dan lambang dalam kehidupan manusia. Proses pertukaran tanda dan lambang ini disebut juga sebagai proses pertukaran pesan, karena pesan merupakan seperangkat tanda dan lambang yang disusun sedemikian rupa sehingga mengandung makna (informasi) bagi orang lain. Jadi, ruang lingkup komunikasi berkaitan dengan produksi serta proses pertukaran pesan dan pengaruhnya terhadap kehidupan manusia.
            Proses pertukaran pesan ini terjadi melalui komponen2 komunikasi. Pesan berpindah dari komunikator (yang menyampaikan pesan), melalui media (channel), menuju ke penerima pesan (komunikan). Setelah sampai pada penerima dimungkinkan memunculkan efek2 tertentu. Hal ini yang dijelaskan oleh Harold Lasswell, yaitu:  who says what in which channel to whom with what effect.
            Sampai di sini, dapat dijabarkan bahwa penelitian komunikasi mencakup:
a.       Studi komunikator (who), yaitu studi mengenai kominkator sebagai individu maupun institusi. Contoh: penelitian tentang kredibilitas Radio Suara Surabaya FM dalam memberitakan berita kriminal.
b.      Studi pesan (says what), yaitu studi tentang isi pesan, analisis teks, semiotic, pesan verbal dan nonverbal, cpy-testing iklan atau analisis isi program public relations. Contoh: penelitian analisis isi penggunaan bahasa Suroboyoan dalam acara berita Pojok Kampung JTV.
c.       Studi media (in which channel), yaitu studi tentang saluran komunikasi. Contoh: studi tentang proses pembuatan berita di meja redaksi.
d.      Studi khalayak (to whom), yaitu studi tentang khalayak. Contoh: penelitian opini, profil khalayak, dsb.
e.       Studi efek (with what effect), yaitu studi tentang efek terpaan pesan. Contoh: efek terpaan iklan terhadap perilaku membeli.
Studi2 di atas dapat terjadi pada semua tingkatan (konteks) komunikasi, seperti komunikasi interpersonal, kelompok, organisasi atau komunikasi massa. Masing2 tingkatan komunikasi di atas mempunyai bidang2 komunikasi, yaitu media massa, public relations, periklanan, komunikasi pemasaran, dan lainnya. Contoh: Studi analisis isi berita Koran memorandum adalah studi yang terjadi pada tingkatan komunikasi massa dan bidang media massa. Studi tentang proses produksi berita di meja redaksi Koran Memorandum adalah studi yang terjadi pada tingkatan komunikasi interpersonal dan bidang media massa.
            Coba bandingkan contoh perumusan masalah berikut ini:
a.       Opini mahasiswa terhadap pemberitaan konflik Aceh di Majalah Tempo
b.      Korelasi antara terpaan pemberitaan konflik Aceh dengan opini mahasiswa terhadap konflik Aceh.
c.       Korelasi antara afiliasi politik mahasiswa dengan opini mahasiswa terhadap konflik Aceh.
d.      Opini mahasiswa terhadap konflik Aceh.
Masalah (a) dan (b) adalah fenomena komunikasi. Karena mencakup interaksi antara mahasiswa sebagai khalayak dengan produksi, proses dan pengaruh media, yaitu berita tentang konflik ceh dan pengaruhnya terhadap khalayak. Berita adalah seperangkat tanda dan lambang. Sedangkan (c) dan (d) lebih memfokuskan pada opini mahasiswa tentang suatu peristiwa sosial yang terjadi, yaitu konflik Aceh.
            Namun demikian, tingkatan (konteks) komunikasi semakin lama semakin sulit dibatasi. Hal ini antara lain akibat pengaruh teknologi komunikasi yang berkembang terus. Misalnya, jika dahulu prinsip interaktif dua arah hanya terjadi dalam konteks komunikasi interpersonal, sekarang pun komunikasi massa melakukannya. Kita sering melihat penonton TV langsung berinteraktif dengan penyiar. Kita pun sulit membedakan mana penelitian media massa dan mana yang public relations, misalnya. Penelitian “tracking media”, misalnya, bukan hanya untuk menguji rubrik2 surat kabar, tapi juga digunakan mengetahui penilaian karyawan tentang bulletin yang ditulis praktisi PR.
            Kembali ke cerita mahasiswa di atas, kita diharapkan jangan terlalu kaku dalam membatasi bidang-bidang penelitian untuk skripsi mahasiswa. Banyak ditemukan, mahasiswa public relations haya boleh membuat judul2 skripsi tentang public relations. Mahasiswa jurnalistik harus meneliti masalah2 jurnalistik dan media massa. Pertanyaannya: apa saja sih lingkup penelitian public relations? Apa saja sih lingkup penelitian media? Apakah mahasiswa public relations tidak boleh membuat skripsi tentang analisis isi media? Apakah mahasiswa jurnalistik tidak boleh meneliti tentang copy testing?
            Apakah masing2 bidang bersifat terpisah secara jelas (mutually exclusive)? Jawabannya TIDAK. Bagi saya, mahasiswa mesti diberi kebebasan dalam menentukan judul skripsinya, asal jelas fokus penelitiannya, yaitu sesuai dengan objek formal Ilmu Komunikasi. Misalnya, mahasiswa public relations dapat meneliti analisis isi opini pembaca surat kabar berdasarkan fokus (sudut pandang) bahwa seorang PR harus mengukur bagaimana opini publik terhadap citra perusahaannya, meski pun opini itu disampaikan di media massa. Contoh lain: “pengaruh terpaan berita safety riding terhadap sikap khalayak pada program safety riding” dapat diteliti oleh mahasiswa public relations (dari sisi kampanye PR) dan juga oleh mahasiswa komunikasi massa (dari sisi efek media massa).      

1 comment:

  1. Setuju Mat... Yang penting bukan obyeknya sebenarnya, tapi sudut pandangnya. Harusnya konsep ini banyak dipahami oleh dosen2 lain tak hanya dosen komunikasi. Bravo!

    ReplyDelete